Kamis, 06 September 2012

Perlunya "Permainan Kotor" Untuk Anak



Di dalam FORUM TK DAN PAUD, ada seorang guru yang menceritakan pengalaman beberapa anak didiknya yang tidak mau “berkotor-kotor”. Mereka selalu menghindari kegiatan yang bersifat menjijikkan, misalnya menggunakan lem, bermain tanah liat, bermain pasir, dll. Mereka tidak mau tangan mereka menjadi kotor. Hidup bersih dan sehat sangat disarankan buat anak-anak. Namun, bila terlalu bersih, sebenarnya itu jug tidak sehat. Mari kita simak sebuah artikel yang saya ambil di kaskus.us yang berjudul ‘Jangan biarkan anak terlalu bersih” i bawah ini:

Hasil penelitian tim peneliti School of Medicine di University of California, AS, seperti diberitakan Nature Medicine, Senin (23/11), menyebutkan, bakteri bernama Staphylococci yang hidup di kulit membentuk semacam jaringan yang mencegah peradangan ketika kita terluka.
 Bakteri itu juga mengurangi reaksi ketahanan tubuh yang berlebihan. Para pakar medis mengatakan, temuan tim peneliti itu memberikan penjelasan atas ”hipotesis kesehatan” yang menyebutkan jika tubuh dibiasakan menghadapi kuman sejak usia dini, maka kemungkinan besar tubuh akan menciptakan jaringan pelindung dari berbagai macam alergi. Selama ini ada pandangan bahwa obsesi masyarakat pada
kebersihan sebenarnya mulai muncul ketika alergi merebak di negara-negara berkembang. ”Temuan ini bisa membantu kita untuk menemukan pendekatan yang baru untuk menangani penyakit-penyakit kulit yang menular,” kata pemimpin tim peneliti Richard Gallo. Juru bicara untuk lembaga Allergy UK mengatakan, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa tubuh sebenarnya akan menjadi lebih kebal jika kerap terekspos dengan kuman.  

Lalu bagaimana  caranya agar  buah  hati  kita  bisa  hidup  “agak  kotor” namun tetap  sehat? Saya  akan memberikan sebuah pengalaman menarik dari Bunda Sufeini Setia,  seorang  Ibu yang berprofesi  sebagai  guru  TK  dan Pra  TK. Kesaksian  ini adalah  sebuah  kisah  nyata yang pernah dialami  buah hatinya. Dulu  buah  hati  Bunda  Sufeini juga tidak  mau  berkotor-kotor  ria. Ide yang  terlintas di dalam benak  Bunda Sufeini  adalah dengan cara membuat  lem bersama. Bunda Sufeini  mengajak anaknya  untuk  membuat  lem yang berbahan tepung tapioka dan pewarna makanan.  Beliau membiarkan anaknya  untuk terlibat penuh  dalam  proses memasak  lem tersebut. 

Setelah  matang, sang anak sempat  berkata,”Kok kayak  makanan?” Lalu Bunda  Sufeini mengatakan bahwa yang mereka masak  bukanlah  makanan,  namun  sebuah  mainan. Setelah dingin, Bunda Sufeini  memberikan kertas  karton  kepada buah  hatinya, lalu  membiarkan berkreasi  sesukanya dengan lem  tersebut. Pada saat  bermain,  sang anak sempat  berkata “jijik”. Namun Bunda Sufeini  menjelaskan,”Kalau sudah  dimasak kenapa  harus  jiijk? Kalaupun tangan kita jadi  kotor, nanti  kan bisa  cuci  tangan supaya bersih.”

Hasilnya  sangat  positif,  di sekolah, buah  hati  dari Bunda Sufeini ini  sudah  mau bermain  menggunakan lem,  pewarna, dll yang dulu  menurutnya  kotor dan jijik. Itu  hanyalah salah  satu  cara agar  buah  hati  kita  tidak  “terlalu  bersih”. Namun  setiap  anak tentu membutuhkan pendekatan dan metode yang berbeda-beda. Jadi tidak ada salahnya bila sekali-sekali  kita  bertanya kepada guru  yang  mengajak  anak  kita  di sekolah tentang  mau tidaknya anak  kita  melakukan permainan yang “berkotor-kotor”. Bila buah hati kita ternyata  belum  mau,  mungkin  kita  bisa mencoba metode yang digunakan oleh  Bunda Sufeini  di  atas, tentang  bagaimana cara menanamkan di dalam  pikiran  anak  bila kita  tidak perlu  takut  “kotor”.

Saya  jadi  teringat  sama anak-anak   yang hidup  di  kampung  nenek  saya,  banyak  anak-anak  yang  dibiarkan  tanpa celana  merangkak  di  rumah  yang lantainya  adalah tanah (tanpa ubin),  namun tetap  terlihat sehat   dan katanya jarang  sakit. Ups… Tapi  saya tidak  menyarankan untuk ikut-ikutan mereka lho. Karena lingkungan tempat  tinggal  kita mungkin berbeda  dengan mereka. Yang terpenting  adalah  jangan biarkan buah hati  kita takut  berkotor-kotor.
Sumber: Kak Zepe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar